Sabtu, 07 Januari 2012

MENGKOMUNIKASIKAN HASIL PENELITIAN SECARA SEDERHANA TERKAIT DENGAN LAPORAN HASIL PENELITIAN


Standar Kompetensi   : Mempraktikkan metode penelitian sosial
Kompetensi Dasar      : Mengkomunikasikan hasil penelitian sosial secara sederhana

Artikel
 
LAPORAN KKL II
 PROFIL DAN MANAJEMEN KOMPONEN-KOMPONEN SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 BANDUNG

Disusun Guna  Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) II

Disusun oleh:
Tim Penyusun KKL Angkatan 2009


JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya yang tak terhingga, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan 2 dengan judul “Gambaran Umum Sekolah Dan Manajemen Komponen-Komponen Sekolah Di SMA Negeri 3 Bandung” tepat pada waktunya.
Laporan ini kami susun dengan tujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengetahuan tentang suatu gambaran umum suatu sekolah dan manajemen komponen-komponen sekolah kepada pembaca yakni para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya yakni khususnya mereka para civitas akademika Universitas Negeri Semarang Jurusan Sosiologi dan Antropologi.
Tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Sehingga laporan ini dapat tersusun. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1.      Bapak Drs. MS. Mustofa, MA. selaku ketua juruan Sosiologi dan Antropologi yang telah memberikan perhatian dari sebelum hingga sesudah KKL II dilaksanakan.
2.      Kepala sekolah, Guru, Karyawan, dan Siswa-siswa SMA N 3 Bandung yang telah berkenan menyambut kunjungan kami.
3.      Ibu Dra. Elly Kismini, M.Si. selaku dosen pembimbing KKL II yang dengan senang hati membimbing kami dalam pelaksanaan kegiatan KKL II serta dengan bijaksana membimbing kami dalam penyusunan laporan ini.
4.      Bapak Fajar, S.Pd. selaku dosen pembimbing KKL II yang telah berkenan mendampingi kami dalam pelaksanaan kegiatan KKL II serta telah membimbing kami dalam penyusunan laporan ini hingga selesai.
5.      Teman-teman panitia KKL II dan teman-teman angkatan semester lima yang telah memberikan motivasi kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Demikianlah prakata yang dapat kami sampaikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita dan masyarakat pada umumnya.

Semarang, 27 Desember  2011


  Penyusun


DAFTAR ISI
                                                                                               
HALAMAN JUDUL …………………………………………….  i
KATA PENGANTAR ………………………………………….... ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………... 5
C. Tujuan…………………………………………………… 5
D. Manfaat………………………………………………...... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan, Pengajaran, dan Pelatihan……………………... 7
B. Manajemen Sekolah……………………………………….. 9
C. Kurikulum Sekolah………………………………………... 11
D. Sistem Pembelajaran……………………………………… 13
E. Sarana Prasarana………………………………………...... 14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Observasi ………………………………………………… 17
B. Wawancara ……………………………………………….. 17
C. Dokumentasi …………………………………………….... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Profil SMA Negeri 3 Bandung…………………………….18
1.   Sejarah Perkembangan SMA N 3 Bandung……………..18
2.   Visi dan Misi SMA N 3 Bandung………………………..21
3.   Keadaan Lingkungan Sekolah SMA N 3 Bandung……....23
4.   Keadaan Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa SMA N 3 Bandung……………………………………………….24
5.   Keunggulan dan Karakteristik SMA N 3 Bandung……....26
B.  Manajemen Komponen-Komponen Sekolah SMA Negeri 3 Bandung.............................................................................30
1.   Manajemen Kurikulum SMA N 3 Bandung…..................31
2.   Manajemen Tenaga Kependidikan SMA N 3 Bandung….38
3.   Manajemen Peserta Didik SMA N 3 Bandung………….44
4.   Manajemen Keuangan & Pembiayaan SMA N 3 Bandung…49
5.   Manajemen Sarana & Prasarana SMA N 3 Bandung…...50
6.   Manajemen HUSEMAS SMA N 3 Bandung…………...59
7.   Manajemen Layanan Khusus SMA N 3 Bandung……....63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………….66
B. Saran……………………………………………………..67
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………...68
LAMPIRAN………………………………………………….....69

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat, ini karena setiap individu pernah memperoleh pendidikan baik secara formal, informal, dan nonformal. Pemerintah di Indonesia mewajibkan masyarakatnya untuk dapat memperoleh pendidikan formal di sekolah-sekolah yang ada baik negeri maupun swasta, program pemerintah Wajib Belajar 9 Tahun yang rencananya akan diganti menjadi Wajib Belajar 12 Tahun oleh pemerintah Indonesia, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Program wajib belajar di Indonesia dimaksudkan agar masyarakat Indonesia dapat memperoleh pendidikan seperti yang telah tercantum pada UUD 1945. Walaupun secara nonformal setiap masyarakat telah mendapatkan pendidikan yang diajarkan oleh anggota masyarakat di lingkungan hidup masyarakat. Tidak semua proses pendidikan yang diberikan kepada masyarakat dilakukan di dalam suatu lembaga pendidikan, namun dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan tidak hanya dilakukan di dalam lembaga pendidikan formal akan tetapi bisa terjadi didalam keluarga dan lingkungan masyarakat dalm hal sosialisasi. Dari proses sosialisasi inilah pendidikan bisa terealisasi dan merupakan pendidikan yang paling dasar. Lembaga pendidikan ini lebih mengembangkan dan lebih meningkatkan ilmu-ilmu yang sudah ada dengan begitu bisa mencerdaskan generasi penerus bangsa.
Dunia pendidikan sangat penting dalam kemajuan pembangunan. Dengan pendidikan yang baik akan mampu membenahi pembangunan, sehingga upaya-upaya pemerintah dalam mengembangkan pendidikan akhir-akhir ini cukup dijadikan pusat perhatian. Misalnya dengan perubahan status yang dimiliki oleh suatu lembaga pendidikan dari TK hingga Perguruan Tinggi yang sekarang mendapatkan perhatian lebih yang langsung menjadikan suatu penilaian terhadap suatu lembaga pendidikan. SMA N 3 Bandung sudah menjadi salah satu sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) yang pertama kali di kota Bandung. RSBI pertama kali dipercayakan kepada SMA 3 Bandung, hal ini tidak lantas begitu saja diberikan akan tetapi karena sekolah tersebut memiliki karakteristik yang bisa diandalkan. Sejauh ini SMA N 3 Bandung memang merupakan sekolah yang favorit di kota Bandung.
Setiap sekolah  sekarang sudah memiliki komite yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik dalam pengembangan sarana dan prasarana maupun dalam mutu pendidikannya. Begitu juga yang dilakukan oleh komite sekolah SMA N  3 Bandung. Komite sekolah biasanya terdiri dari perwakilan orang tua siswa, orang yang ahli dalam bidang pendidikan, maupun alumni dari sekolah-sekolah tersebut. Selebihya akan lebih mengetahui apa saja yang melatarbelakangi komite yang ada di sekolah favorit di kota kembang tersebut.
Di dalam suatu proes pembelajaran lembaga pendidikan juga tidak lepas dari yang namanya kurikulum. Hingga saat ini di Indonesia sendiri sudah sering mengalami perubahan kurikulum. Kurikulum memang merupakan salah satu kerangka dasar acuan penyelenggaraan pendidikan. Ia menjadi pemandu yang akan mengarahkan seluruh komponen pendidikan menuju arah yang telah ditetapkan sebelumnya. Namun, sebagai kerangka dasar acuan, betapa pun pentingnya, kurikulum tetap merupakan “bahan mentah”. Justru, mentalitas budaya yang menjadi basis kelahiran sebuah kurikulum, itulah yang seringkali menentukan maju mundurnya dunia pendidikan.
Pemerintah selalu berupaya meningkatkan mutu pendidikan dari tahun ke tahun, baik pendidikan pada tingkat dasar menengah dan pendidikan di perguruan tinggi. Pembenahan ini dilaksanakan di segala bidang antara lain: sarana atau fasilitas, kurikulum, maupun pendidik /guru. Perubahan kurikulum terjadi dan perubahan ini memberikan dampak besar bagi proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Pendidikan di Indonesia sudah mengalami perubahan kurikulum pada tahun 1968, 1975, 1984, 1994, 1999 (suplemen penyempurnaan), kurikulum 2004 yaitu kurikulum berbasis kompetensi (KBK), dan terakhir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Penyempurnaan kurikulum 1994 menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dilakukan sebagai jawaban atas permasalahan sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan jaman saat ini.
Di SMA N 3 Bandung ini sendiri juga telah mengembangkan kurikulum KTSP yang ditambahkan dengan kurikulum Cambridge. Kurikulum KTSP yang sudah ditetapkan oleh Permendiknas seperti yang kita ketahui bersama memang diharapkan baik guru ataupun siswa dapat mengembangkan metode dan media pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolah yang ada. Dilihat dari kondisi di SMA N 3 Bandung sendiri memang menarik untuk  mempelajari dan mengetahui lebih dalam tentang kurikulum yang diterapkan di sana dan yang membuat kami lebih tertarik adalah kurikulum yang ditambahkan selain KTSP. Melihat sedikit profil SMA N 3 Bandung memang terkenal di kota Bandung dan merupakan sekolah yang banyak diminati.
Pada hakikatnya manajemen sekolah dengan manajemen pendidikan mempunyai pengertian yang hampir sama. Ruang lingkup dan bahan kajian manajemen sekolah juga merupakan ruang lingkup dan bahan kajian manajemen pendidikan. Namun demikian, manajemen pendidikan mempunyai jangkauan yang lebih luas daripada manajemen sekolah. Manajemen sekolah terbatas oleh satu sekolah saja, sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh komponen  sistem pendidikan, dan bahkan menjangkau lebih luas dan besar (suprasistem) secara regional, nasional, bahkan internasional. Sedikitnya ada 7 komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta mananjemen pelayanan khusus lembaga pendidikan. Bisa dikatakan bahwa SMA ini mempunyai sistem manajemen yang berjalan dengan lancar, tertib, dan terintegrasi dalam suatu sistem kerja untuk mecapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Hal inilah yang melatarbelakangi kami dalam mengkaji gambaran umum sekolah dan manajemen komponen-komponen sekolah di SMA N 3 Bandung.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang kami paparkan sebelumnya maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:
1.         Bagaimana profil sekolah SMA Negeri 3 Bandung?
2.         Bagaimana manajemen komponen-komponen sekolah yang ada di SMA Negeri 3 Bandung?
C.      Tujuan
Berikut ini adalah tujuan yang hendak dicapai dari penyusunan laporan penelitian ini:
1.      Untuk mengetahui bagaimana profil sekolah SMA Negeri 3  Bandung.
2.      Untuk mengetahui bagaimana manajemen komponen-komponen sekolah yang ada di SMA Negeri 3 Bandung.
D.      Manfaat
Dengan disusunnnya laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kalangan mahasiswa pada khususnya dan pembaca pada umumnya yaitu dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang manajemen sekolah pada suatu lembaga sekolah; Selain itu sebagai uji latihan penelitian sesuai dengan bidang studi mahasiswa; Dapat menambah wawasan mahasiswa khususnya dalam mengelola manajemen sekolah yang dapat dijadikan bekal nantinya ditempat mengajar; Menjalin kerjasama antara pihak UNNES dengan lembaga pendidikan yang lain yang berada di luar kawasan Jawa Tengah. Serta Mahasiswa akan lebih peka terhadap kondisi pendidikan yang ada di Indonesia, sehingga mahasiswa bisa menjadi sosok yang lebih tangguh, cerdas, dan bertanggung jawab seperti yang diharapkan oleh bangsa dan negara.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Pendidikan, Pengajaran, dan Pelatihan
Langeveld seorang ahli pedagogik dari Negeri Belanda mengemukakan batasan pengertian pendidikan, bahwa pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak  yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan.
Dalam GBHN 1973, dikemukakan pengertian pendidikan, bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Dalam arti yang luas pendidikan berisi tiga pengertian, yaitu: pendidikan, pengajaran, dan pelatihan. Ketiga istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Secara sepintas saja bagi orang awam mungkin akan dianggap sama saja artinya. Dalam praktik sehari-hari di lapangan, kita sering mendengar kata-kata seperti pendidikan olahraga, pengajaran olahraga, pelatihan olahraga, pendidikan kemiliteran, pengajaran kemiliteran, pelatihan kemiliteran, dan sebagainya. Kalau kita perhatikan ketiga istilah di atas dapat diikutsertakan predikat yang sama (Munib, 2009: 27).
Istilah pendidikan, pengajaran, dan pelatihan akan lebih jelas kalau kita lihat dalam konteks kata kerjanya, dalam bentuk mendidik, mengajar, dan melatih. Istilah mendidik menurut Darji Darmodiharjo, menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan, dan lain-lainnya. Istilah mengajar menurut Sikun Pribadi berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembanagn kemampuan intelektualnya. Sedangkan istilah melatih, merupakan suatu usaha untuk memberi sejumlah keterampilan tertentu, yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga akan terjadi suatu pembiasaan dalam bertindak (Munib, 2009: 27).
Dari penjelasan di atas, pendidikan mengandung suatu pengertian yang sangat luas, menyangkut seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan menyangkut hati nurani, nilai-nilai, perasaan, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan pendidikan manusia ingin atau berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan serta memperbaiki nilai-nilai, hati nurani, perasaannya, pengetahuannya, dan keterampilannya. Dengan kata lain pendidikan merupakan kegiatan mengolah hati anak didik, pengajaran merupakan kegiatan mengolah otak anak didik, dan pelatihan merupakan kegiatan mengolah lidah dan tangan anak didik agar anak didik menjadi manusia yang beriman, cerdas,dan terampil (Munib, 2009: 27-28).
Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai. Maka dalam pelaksanaannya ketiga kegiatan tersebut harus berjalan secara serempak dan terpadu, berkelanjutan, serta serasi dengan perkembangan anak didik serta lingkungan hidupnya (Munib, 2009: 29).

B.       Manajemen Sekolah
Manajemen sekolah pada hakikatnya mempunyai pengertian yang hampir sama dengan manajemen pendidikan. Ruang lingkup dan bidang kajian manajemen sekolah juga merupakan ruang lingkup dan kajian manajemen pendidikan. Namun demikian, manajemen pendidikan mempunyai jangkauan yang lebih luas daripada manajemen sekolah. Dengan perkataan lain, manajemen sekolah merupakan bagian dari manajemen pendidikan, atau penerapan manajemen dalam organisasi sekolah sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan yang berlaku. Manajemen sekolah terbatas pada satu sekolah saja, sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh komponen sistem pendidikan, bahkan bisa menjangkau sistem yang lebih luas dan besar (supra sistem) secara regional, nasional, bahkan internasional (Sutomo, 2009:39).
Menurut Sutomo (2009: 39) dalam suatu manajemen sekolah untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien, maka perlu memperhatikan bagaimana manajemen subtansi-subtansi pendidikan di suatu sekolah atau manajemen berbasis sekolah (school based manajement) agar dapat berjalan dengan tertib, lancar dan benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem kerja sama. Hal yang paling penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah ( MBS) adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri.
Setidaknya ada tujuh komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan. (Sutomo, 2009: 39)
Tujuan manajemen sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan sekolah sebagai suatu organisasi. Sekolah sebagai suatu organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapai yang disebut tujuan institusional (kelembagaan) baik tujuan institusional umum maupun tujuan institusional khusus. (Sutomo, 2009: 3)
Suatu tujuan institusional baik umum maupun khusus akan tercapai manakala ada suatu proses kegiatan dalam lembaga sekolah. Dengan kata lain tujuan institusi akan dapat tercapai tergantung dari bagaimana lembaga tersebut melakukan tugas kelembagaannya. (Sutomo, 2009: 3).
Proses manajemen yang baik manakala di dalamnya terdapat kegiatan manajerial dan operatif. Dengan demikian tujuan akhir dari manajemen sekolah adalah membantu memperlancar pencapaian tujuan sekolah agar tercapai secara efektif dan efisien. Kehadiran manajemen dalam proses persekolahan sebagai salah satu alat untuk membantu memperlancar pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan sekolah dipengaruhi oleh banayk faktor yang harus dipertimbangkan dalam proses kegiatan sekolah. Untuk mencapai tujuan institusional diperlukan proses manajemen yang baik.
Dalam rangka merumuskan tujuan sekolah seorang manajer sekolah harus mempertimbangkan beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain: (1) Karakteristik, (2) Kemampuan dan keyakinan guru-guru, (3) Harapan-harapan masyarakat, (4) Aktivitas pemerintahan, (5) Aturan-aturan dan hukum-hukum yang berlaku di masyarakat, dan (6) Masalah-masalah dan persoalan-persoalan serta pengaruh-pengaruh masyarakat. Tidak kalah pentingnya dari semuanya adalah sumber daya masyarakat, baik sumber daya alamnya maupun sumber daya manusianya.
Secara lebih rinci tujuan khusus dilaksanakannya manajemen sekolah yang baik agar: Pertama, pada setiap jenis dan jenjang pendidikan terjadi adanya efektivitas produksi. Para lulusannya dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan di atasnya, dapat bekerja sesuai dengan pengetahuan dan keterampilannya. Kedua, tercapainya efisiensi penggunaan sumber daya dan dana, tidak terjadi pemborosan baik waktu, tenaga maupun uang dan yang lainnya. Ketiga, para lulusannya mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan di masyarakat, dan keempat, tersiptanya kepuasan kerja pada setiap anggota warga sekolah. Untuk itu perlu dibangun suatu iklim organisasi sekolah yang sehat (Sutomo, 2009: 5).
C.      Kurikulum
Istilah kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda satu sama lain, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. (Hamalik, 2007:16).
Menurut  Undang-Undang dalam Hamalik (2007: 18) kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman pengelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Bab 1, Ps. 1 Butir 9). Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional (Ps. 39).
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (Bab IX, Ps. 37). Sejalan dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional, dan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Hamalik, 2007: 18-19).
Beberapa penulis kurikulum (Johnson, 1977 dan Posner , 1982) menyatakan bahwa kurikulum seharusnya tidak dipandang sebagai aktivitas, tetapi difokuskan secara langsung pada berbagai hasil belajar yang diharapakan (intended learning outcomes). Kajian ini menekankan perubahan cara pandang kurikulum, dari kurikulum sebagai alat (means) menjadi kurikulum sebagai tujuan atau akhir yang akan dicapai (ends). Salah satu alasan utama adalah karena hasil belajar yang diharapkan merupakan dasar bagi perencanaan dan perumusan tujuan kegiatan pembelajaran (Hamalik, 2008: 6).
Dalam Hamalik (2008: 6-7) sebagian ahli pendidikan berpandangan bahwa kurikulum dalam setiap masyarakat atau budaya seharusnya menjadi refleksi dari budaya masyarakat itu sendiri. Sekolah bertugas memproduksi pengetahuan dan nilai-nilai yang penting bagi generasi penerus. Masyarakat, negara atau bangsa bertanggung jawab mengidentifikasi keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan berbagai apresiasi yang akan diajarkan. Sementara itu, pihak pendidik profesional bertanggung jawab untuk melihat apakah skill, knowledge, dan apresiasi tersebut sudah ditransformasikan ke dalam kurikulum yang dapat disampaikan kepada anak-anak dan generasi muda.
D.      Sistem Pembelajaran
Johnson dan Rozenweig dalam Amirin (1986: 10) menyatakan bahwa sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan utuh. Sedangkan Shrode dan Voich dalam Amirin (1986: 11) dalam menyusun definisi sistem hanya menampilkan unsur-unsurnya saja, yaitu himpunan bagian-bagian yang saling berkaitan, masing-masing bagian bekerja secara mandiri dan bersama-sama satu sama lain saling mendukung, dalam rangkla mencapai tujuan dan terjadi dalam lingkungan yang kompleks.
Adapun definisi sistem yang terkait dengan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa: “Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional”.
Proses pendidikan akan terjadi jika komponen-komponen yang ada di dalam sistem bergerak dan saling terkait. Bergeraknya masing-masing komponen belumlah dipandang cukup, sebab masih harus ada saling hubungan yang bersifat fungsional dan merupakan satu kesatuan dalam mencapai suatu tujuan. Apabila salah satu komponen yang terdapat di dalam sistem tersebut tidak berfungsi ataupun kurang berfungsi, maka kemungkinan besar sistem tersebut tidak atau kurang berhasil dalam mencapai tujuan.
Oleh karena itu setiap komponen yang terdapat di dalam sistem pendidikan seluruhnya harus dapat berfungsi sesuai dengan porsinya. Dengan demikian tidak mungkin tujuan pendidikan dapat tercapai bila hanya ditangani secara parsial. Dengan kata lain pendidikan harus digarap secara sistemik yakni penanganannya harus memperhatikan seluruh komponen yang terkait ( Munib, 2009: 42).
E.       Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka kegiatan yang dilakukan tidak dapat mencapai hasil yang diharapkan. Sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen penting yang menjamin keberhasilan kegiatan akademik. Sarana dan prasarana dalam hal ini tidak saja meliputi hal-hal yang terkait dengan kegiatan pendidikan langsung, tetapi juga yang tidak langsung.
Moenir (1992 : 119) mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Pengertian yang dikemukakan oleh Moenir, jelas memberi arah bahwa sarana dan prasarana adalah seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut berupa peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam  pendidikan istilah sarana prasarana dikenal pula dengan sebutan alat bantu pendidikan (teaching aids), yaitu segala macam peralatan yang dipakai guru untuk membantu  memudahkan kegiatan pembelajaran. Alat bantu pendidikan ini disebut sebagai sarana pendidikan. Jadi, sarana pendidikan adalah segala macam peralatan yang digunakan guru untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran.  Jika dilihat dari sudut murid, sarana pendidikan adalah segala macam peralatan yang digunakan murid untuk memudahkan mempelajari mata pelajaranDengan kata lain prasarana pendidikan adalah segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru dan siswa untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan.















BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam Kuliah Kerja Lapangan Jurusan Sosiologi dan Antropologi, menggunakan metode penelitian observasi, wawancara (interview)  dan dokumentasi.
1.      Observasi
Observasi yang dilakukan pada sekolah SMA Negeri 3 Bandung yakni dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap seluruh kondisi lingkungan sekolah dengan melibatkan warga sekolah yaitu diantaranya kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan sekolah.
2.      Wawancara
Untuk mendapatkan data secara langsung mahasiswa melakukan wawancara dengan beberapa informan di sekolah SMA Negeri 3 Bandung. Informan yang menjadi narasumber mahasiswa diantanya guru, karyawan dan beberapa siswa yang ada di sekolah. Adapun alat yang digunakan mahasiswa untuk menunjang pelaksanaan wawancara yaitu dengan menggunakan media perekam (Tipe Recorder), Telepon Genggam (Hand Phone), dan alat-alat tulis.
3.      Dokumentasi
Dalam mendapatkan data dari sumber dokumentasi, mahasiswa melakukan pengambilan foto-foto atau gambar mengenai profil SMA Negeri 3 Bandung serta dengan minta dokumen-dokumen sekolah seperti catatan transkrip dan dokumen sekolah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Profil  SMA Negeri 3 Bandung
SMA Negeri 3 Bandung, merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sama seperti SMA pada umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di SMAN 3 Bandung ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran dan dua tahun pelajaran (untuk kelas akselerasi), mulai dari Kelas X sampai Kelas XII.

1.        Sejarah Perkembangan SMA Negeri 3 Bandung
SMA Negeri 3 Bandung berdiri sejak tahun 1953 dan dikenal dengan sebutan SMA Belitung karena berlokasi di Jalan Belitung No. 8 Bandung. SMA Negeri 3 Bandung merupakan sekolah unggulan pertama di Bandung, sekolahan ini dikenal masyarakat Bandung sebagai sekolah elit karena banyaknya murid yang berasal dari kalangan menengah ke atas. Pada awalnya sekolah ini bukan bernama SMAN 3 Bandung, namun pada tahun 1952 terjadi pemekaran sekolah, SMA 1 B/C menjadi SMA 1 B dan SMA C sedangkan SMA 2 B/C menjadi SMA 2 B.
Ada pembagian waktu dalam penggunaan sekolahan ini yakni pada pagi hari digunakan untuk SMA Negeri 2 (SMA B) dan SMA Negeri 5 (SMA C), sedangkan pada sore hari digunakan oleh SMA Negeri 3 (SMA B). Tahun 1966 SMA Negeri 2 pindah ke jalan Cihampelas dan SMA Negeri 6 pindah ke jalan Pasir Kaliki, Tahun 1966 hingga sekarang: Berfungsi sebagai gedung SMAN 3 Bandung dan SMAN 5 Bandung. 
Dalam hal ini, yang di maksud dengan sekolah A, B, dan C adalah Sekolah A merupakan sekolah dengan jurusan bahasa, Sekolah B untuk jurusan IPA, sedangkan Sekolah C untuk jurusan IPS. Saat ini, di SMA Negeri 3 Bandung ada 2 jurusan, yakni jurusan IPA dan IPS. Namun, jurusan IPS hanya ada 1 kelas dan itupun hanya terdapat 7 siswa. Hal ini dikarenakan sekolah ini pada mulanya (pada zaman Belanda) merupakan sekolah B (sekolah IPA). Karena sekolah ini RSBI menggunakan sistem SKS dan menjadikannya ada 27 rombel bukan kelas.
Bangunan sekolah ini merupakan gedung tua (bangunan Indis) yang dibangun pada zaman pemerintahan Hindia-Belanda pada tahun 1916 yang dirancang oleh arsitek C.P Schoemaker. Secara kajian sosiologis bangunan dari SMA N 3 Bandung merupakan hasil kebudayaan Indis, banyak sekali aksen Eropa yang di sesuaikan dengan iklim kota Bandung yang relatif dingin. Sekolah ini dahulu berfungsi sebagai gedung HBS (Hoogere Burgerschool) yaitu sekolah untuk anak-anak Belanda golongan menengah. Sekarang letak geografisnya berada di sekitaran Pangdam III Siliwangi, dengan kawasan asri perkotaan kota Bandung. Berikut ini adalah gambar gedung SMA N 3 Bandung:

  
            (Gambar 2.1 Gedung Sekolah SMA N 3 Bandung dari sisi depan)

     IMG_5422
            (Gambar 2.2 Gedung Sekolah SMA N 3 Bandung dari Sisi Samping)
Gedung SMA N 3 Bandung berdiri di atas tanah seluas 14.240 m2 dengan luas bangunan 8.220 m² menghadap ke utara (Jalan Belitung) dan dihuni oleh dua sekolah yaitu SMUN 3 Bandung di sebelah barat dan SMUN 5 Bandung di sebelah timur. Batas SMU 3 dan SMU 5 hanya dibatasi oleh jalur koridor tengah yang memanjang dari arah utara ke selatan. Batas koridor ini dapat juga berfungsi sebagai pemersatu antara SMA 3 dan SMA 5 sehingga para warga kedua sekolah ini dapat berinteraksi secara berdampingan satu sama lain. Di koridor ini  juga diletakkan informasi-informasi tentang kedua sekolah, yakni diantaranya terdapat identitas sekolah, Visi dan Misi serta terdapat piala-piala yang di pajang di almari kaca. Berikut ini ialah gambar piala yang ada di SMA N 3 Bandung:

                            
              (Gambar 2.3 Piala yang terpajang di koridor SMA N 3 Bandung)

2.        Visi dan Misi SMA Negeri 3 Bandung
Seperti pada umumnya sekolah di Indonesia yang memiliki visi dan misi dalam mencapai tujuan sekolah, SMA N 3 Bandung juga memiliki visi dan misi yang menjadi pedoman dalam mencapai tujuan sekolah yang telah direncanakan. Berikut ini adalah visi dan misi SMA N 3 Bandung:
§  VISI SMA Negeri 3 Bandung
Terwujudnya Sekolah Bertaraf Internasional yang unggul dalam bidang Iptek Berwawasan Kebangsaan dan Berbudaya Lingkungan Berdasarkan Iman dan Takwa”.

§  MISI SMA Negeri 3 Bandung
a.    Mengimplementasikan keunggulan Iptek dalam pengembangan potensi intelektual, seni, dan budaya untuk meningkatkan kompetensi civitas akademika.
b.    Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang berkarakter budaya bangsa serta memiliki intelektualitas, kompetensi, dan profesionalisme berstandar nasional maupun internasional.
c.    Mewujudkan lulusan yang berkarakter, cerdas, terampil, kompeten, dan kompetitif, baik di tingkat nasional maupun internasional.
d.   Meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas sekolah sebagai pusat pengembangan pendidikan berdasarkan standar nasional dan global.
e.    Mengembangkan pola pikir, kepedulian, dan sikap positif terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa dan lingkungan untuk membentuk kepribadian civitas akademika.
f.     Mengembangkan potensi kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual melalui pendidikan akhlak dan kepribadian untuk peningkatan manajemen mutu
Berikut ini adalah gambar Visi dan Misi yang tertera di koridor SMA Negeri 3 Bandung:
     
  (Gambar 2.4 Visi dan Misi SMA N 3 Bandung)

3.         Keadaan Lingkungan Sekolah SMA Negeri 3 Bandung
SMA Negeri 3 Bandung memiliki model pembelajaran yang berbasis WEB (web based learning). Hal ini untuk mengoptimalisasi proses dan hasil belajar sebagai tuntutan perkembangan zaman. Dan ini menjadi pembeda dengan sekolah-sekolah lainnya.
Secara akademik lingkungan SMA Negeri 3 Bandung dapat dikatakan homogen, yang di sini diartikan kesamaan dalam kepintaran atau kecerdasan. Sedangkan secara status sosial bersifat heterogen karena latar belakang sosial ekonomi siswa yang beragam. Sementara lingkungan di sekitar SMA Negeri 3 Bandung dapat terbilang aman. Karena di sekitar sekolah terdapat komplek militer, yaitu PANGDAM III Siliwangi. Namun, walaupun demikian keadaan di sekitar sekolah juga terbilang kurang kondusif karena terganggu oleh suara bising helikopter yang terkadang lewat di atas SMA N 3 Bandung sehingga dapat mengganggu proses belajar-mengajar.
Tingkat kebersihan di SMA Negeri 3 Bandung dapat dikatakan sudah cukup baik. Terdapat beberapa papan yang menjelaskan akan kebersihan yang dipasang di dinding sekolah, seperti “Jagalah Kebersihan”, dan  “Buanglah Sampah pada tempatnya”. Terdapat juga papan yang bertuliskan klasifikasi sampah berdasarkan jenisnya, organik dan anorganik.. Meskipun demikian, terkadang masih ditemui siswa yang melanggar aturan tersebut. Ada yang membuang sampah tidak sesuai dengan jenisnya. Ada sampah organik yang dimasukkan ke tempat sampah anorganik, dan begitu sebaliknya. Beriktu ini ialah gambar tempat samapah yang ada di SMA N 3 Bandung:
   (Gambar 2.5 Tempat Sampah Berdasarkan Klasifikasi Organik & Anorganik)

4.         Keadaan Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa SMA N 3 Bandung
Sebagaimana disebutkan di atas bahwasanya kondisi sosial siswa bisa dikatakan heterogen, ini dikarenakan siswa berasal dari kalangan keluarga yang berbeda-beda. Siswa SMA Negeri 3 Bandung sebagian besar berasal dari keluarga menengah ke atas. Banyak siswa yang berasal dari kalangan pejabat di daerah Bandung, seperti gubernur, Bupati, Kejati, Kejagung, dan lain-lain. Ini terlihat dari banyaknya siswa yang memakai mobil, motor dan hand phone yang terbilang bagus dan bermerk. Namun demikian ada pula sebagian kecil siswa yang berasal dari keluarga kalangan menengah ke bawah, seperti pedagang, petani dan bahkan berprofesi sebagai tukang becak.
Bagi siswa yang tergolong kurang mampu secara ekonomi tetapi memiliki prestasi akademik yang bagus SMA Negeri 3 Bandung menyediakan beberapa jenis beasiswa untuk peserta didik. Berikut ini adalah beberapa jenis beasiswa yang terdapat di SMA N 3 Bandung:
§  Beasiswa Sampoerna
Beasiswa ini berasal dari Yayasan Sampoerna yang diberikan kepada siswa/siswi SMAN 3 Bandung yang beprestasi namun terhitung kurang mampu secara ekonomi. Beasiswa ini diberikan kepada siswa/siswi melalui transfer Rekening Bank siswa yang menerimanya di Bank BRI.
§  Beasiswa Prestasi
Beasiswa ini berasal dari Subsidi Pemerintah Pusat bagi siswa/siswi berprestasi namun terhitung kurang mampu secara ekonomi. Beasiswa ini diberikan langsung kepada siswa/siswi melalui kantor pos.

§  Beasiswa RAPBS
Sejak tahun pelajaran 2002/2003 hingga sekarang RAPBS SMA Negeri 3 Bandung mengalokasikan dana beasiswa sebesar 20%. Dana ini merupakan subsidi silang dari orang tua siswa yang mampu secara ekonomi dan diperuntukkan bagi siswa/siswi yang terhitung kurang mampu secara ekonomi. Beasiswa ini diberikan secara langsung kepada siswa/siswi di SMA Negeri 3 Bandung.
Selain beasiswa-beasiswa tersebut, juga terdapat bantuan dari alumni SMA Negeri 3 Bandung yang berperan sebagai donatur.  Akan tetapi, beasiswa-beasiswa tersebut kurang terserap dengan baik. Hal ini dikarenakan siswa yang berlatarbelakang dari keluarga yang kurang mampu hanya sebagian kecil saja.

5.        Keunggulan dan Karakteristik SMA Negeri 3 Bandung
Dari segi keunggulan SMA 3 Bandung termasuk sekolah yang mempunyai prestasi yang begitu baik, yaitu dari bidang akademik ataupun dari bidang non akademik. Itu terbukti begitu banyak piala yang terpajang di gedung bagian depan sekolah yang berhadapan dengan sekolah SMA 5 Bandung. Kedua sekolah ini merupakan sekolah satu atap dengan dua kepemimpinan yaitu kepala sekolah SMA 3 Bandung dan SMA 5 Bandung. Dari segi bidang akademik misalnya yaitu; juara lomba Cerdas Cermat Biologi dalam lingkup Se Jawa Barat, Sains Biologi, English, Dari segi IPTEK, Menjuarai Lomba Robot, Medical Science, Hukum Fisika, dan lain-lain. Sedangkan dalam bidang non akademik sekolah ini juga aktif memeriahkan hampir di semua perlombaan, misalnya; Lomba Seni budaya, Lomba Anklung, Teknologi, Teater atau Drama, dan lain-lain.
Selain dari segi akademik dan non akademik, masih banyak keunggulan-keunggulan yang menjadikan sekolah SMA 3 Bandung ini menjadi sekolah yang favorit. Dari segi fasilitas sekolah, terdapat ruang laboratorium yang begitu canggih dengan alat-alatnya. Selain itu sudah ada ruang audio visual yang berfungsi untuk tempat pembelajaran atau tempat pertemuan formal, ruangan ini menjadi multi fungsi.
Dari segi profil sekolah yang unggul adalah, sekolah ini telah mendapatkan sarat dari ISO 9001 : 2008 yang sudah disertifikasi. Manajemen sekolah yang diterapkan sudah sesuai dengan standar Internasional. Keistimewaan lain adalah tahun ini Enchang Iskandar selaku kepala Sekolah yang ke-16 dan sudah membawa sekolah ini menjadi sekolah yang unggul dalam bidang akademik seperti sebelum-sebelumnya.
Sebenarnya sekolah ini sudah mempunyai ciri kekhasan sejak pemerintahan Belanda. Sebelumnya telah terbagi 3 kriteria sekolah yaitu A, B dan C. untuk SMA A sendiri karakteristik yang menjadi unggulan adalah dari bidang akademik bahasa, yaitu SMA 1 Bandung, untuk SMA B, mempunyai karakteristik pada bidang sains/IPA, yaitu sekolah SMA 2, SMA 3, dan SMA 4 Bandung. Sedangkan untuk SMA C mempunyai karakteristik pada bidang sosial/IPS yaitu sekolah SMA 5 Bandung.
SMA 3 Bandung nejadi sekolah vaforit bagi masyarakat Bandung khususnya, karena masyarakat pada umumnya mempunyai parameter tersendiri untuk sekolah ini, yaitu diantaranya: (1) Unggul dalam bidang akademik, (2) Unggul dalam kegiatan ekstrakurikulernya, (3) Dan unggul dalam bangunan yang tetap mempertahankan keasliannya.
Selain keunggulan-keunggulan yang menjadi parameter masyarakat, sekolah juga mempunyai beberapa keunggulan yang dengan sengaja mereka buat semenarik mungkin dan mempunyai ciri kekhassan tersendiri, dari segi manajemen sekolah yang digunakan yaitu mereka menerapkan sistem 1567. Yang mana pada angka-angka tersebut memiliki makna tertentu, berikut ini adalah penjelasan mengenai kurikulum sistem system 1567 :
§  Angka 1 mewakili misi dari sekolah yaitu terwujudnya sekolah bertaraf Internasional yang unggul dalam bidang IPTEK, Berwawasan kebangsaan dan lingkungan , serta berwawasan Iman dan Takwa.
§  Angka 5 mewakili dari pada misi dari sekolah SMA 3 Bandung.
§  Sedangkan 6 adalah kebijakan mutu yang meliputi siswa, Kurikulum, Guru, Metodologi, Sapras, dan Lingkungan. Kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum nasional yang meliputi tuntutan untuk lolos SNMPTN dan masuk ke Perguruan Tinggi yang sudah disediakan oleh sekolah sendiri yaitu ITB (yang terbanyak), UNPAD dan UI. Untuk komponen guru, sekolah ini punya cara tersendiri untuk menjaga kualitas dari pada guru-guru yang kebanyakan adalah S2. Yaiu dengan cara optimalisasi MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang dilakukan setiap hari sabtu. Untuk sabtu minggu pertama, Guru hanya menganalisis SKKD/pemetaan bahan ajar, untuk minggu kedua, yaitu pendalaman materi (Pemateri: Guru senior dan Fasilitator), untuk minggu ke-3, Menentukan strategi pembelajaran/ model pembelajaran dan model media yang sudah berbasis IT. Minggu keempat adalah evaluasi. Minggu kelima, membimbing siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM. Jadi setiap minggu ada kegiatan yang harus diikuti oleh Pendidik SMA 3 Bandung agar tercipta kualitas yang bertaraf internasional.
§  Untuk angka 7 mewakili kompetensi yang ada di SMA 3 Bandung, yaitu (1) Kompetensi IMTAQ (Iman dan Taqwa), (2) Kompetensi IPTEQ, (3) Kompetensi Kepeminpinan, (4) Kompetensi social, dan kewirausahaan, (5) Kompetensi Lingkungan hidup, (6) Kompetensi Olah raga dan Kesenian, dan (7) Kompetensi Komunikasi.
Selain itu, SMA N 3 Bandung juga menerapkan strategi rumus segitiga sama sisi dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan prestasi SMA N 3 Bandung agar tetap berkualitas dan berjaya. Berikut ini gambar Segitiga Samasisi:
goldtriangle.gif
Adapun keterangan dari segitiga samasisi di atas adalah sebagai beriktu:
a.    Manajemen Sekolah, yakni bertugas menetapkan program jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek dengan melibatkan semua unsur dan/ stakeholders sekolah. 
b.    Komite Sekolah, yakni bertugas menggali sumber dana untuk mendukung program yang ditetapkan sekolah.
c.    Alumni/IKASMA3, yang beranggotakan kurang lebih 10.000 orang, yang ikut mendukung program sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya yaitu: (1) Membantu beasiswa untuk guru dan siswa, (2) Mengadakan seminar untuk guru dan siswa, (3) Mengadakan kegiatan sosial.

B.       Manajemen Komponen-Komponen Sekolah SMA Negeri 3 Bandung
Manajemen sekolah pada hakikatnya mempunyai pengertian yang hampir sama dengan manajemen pendidikan. Ruang lingkup dan bidang kajian manajemen sekolah juga merupakan ruang lingkup dan kajian manajemen pendidikan. Namun demikian, manajemen pendidikan mempunyai jangkauan yang lebih luas daripada manajemen sekolah. Dengan perkataan lain, manajemen sekolah merupakan bagian dari manajemen pendidikan, atau penerapan manajemen dalam organisasi sekolah sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan yang berlaku. Manajemen sekolah terbatas pada satu sekolah saja, sedangkan manajemen pendidikan meliputi seluruh komponen sistem pendidikan, bahkan bisa menjangkau sistem yang lebih luas dan besar (supra sistem) secara regional, nasional, bahkan internasional.
Dalam suatu manajemen sekolah untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien, maka perlu memperhatikan bagaimana manajemen subtansi-subtansi pendidikan di suatu sekolah atau manajemen berbasis sekolah (school based manajement) agar dapat berjalan dengan tertib, lancar dan benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem kerja sama. Hal yang paling penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah ( MBS) adalah manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri.
Setidaknya ada tujuh komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan.
Berikut ini ialah komponen-komponen manajemen sekolah yang ada di SMA Negeri 3 Bandung :
1.        Manajemen Kurikulum SMA N 3 Bandung
Manajemen kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu terhadap situasi belajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Kurikulum SMA N 3 Bandung merupakan pengembangan dari kurikulum nasional yang disesuaikan dengan tuntutan SNMPTN dan kurikulum Perguruan Tinggi, serta mengadopsi dan mengadaptasi kurikulum Cambrige. Kurikulum yang dipakai di SMA Negeri 3 Bandung menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan sudah menggunakan SKS (Sistem Kredit Smester).
SMA N 3 Bandung adalah salah satu sekolah menengah atas yang favorit dikalangan masyarakat Bandung. Sekolah ini mempunyai  daya tarik tersendiri bagi orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah ini. SMA N 3 Bandung dikepalai oleh Bapak Enchang, M.Pd yang beliau sebelumnya menjadi kepala sekolah SMA N 3 Bandung, beliau juga kepala sekolah di salah satu SMA Negeri di Bandung. Beliau merupakan kepala sekolah ke-16 di SMA tersebut, dan diangkat menjadi Kepsek pada tanggal 1 April 2008.
 Para siswa yang telah menyelesaikan dari bangku SMP selalu bersaing ketat untuk dapat lolos ujian masuk di SMA N 3 Bandung. Dari dahulu telah digolongkan bahwa SMA ini termasuk dalam golongan B yang notabene memajukan atau mengutamakan ilmu sains/ IPA. Hal ini telah menunjukkan bahwa siswa-siswa yang bersekolah di SMA tersebut memang sangat berkompeten dalam ilmu sainsnya namun tetap ada ilmu sosial juga walaupun hanya beberapa persen dari keseluruhan jumlah murid yang masuk ke jurusan IPA.
Dalam perkembangan pembelajarannya diterapkan kurikulum di SMA N 3 Bandung ini. Kurikulum yang telah dipakai seperti apa yang telah ditetapkan oleh menteri pendidikan yang disamakan yang kemudian digunakan pada aspek pendidikan di seluruh Indonesia ini. Membicarakan kurikulum di negeri ini memang tidak ada hentinya, perubahan demi perubahan dilakukan. Semuanya dilakukan karena kurikulum yang semakin baik akan semakin maju perkembangan pendidikan di Indonesia ini. Di dalam kunjungan kami pada waktu itu bahwa di SMA N 3 Bandung sendiri juga telah menggunakan kurikulum KTSP seperti SMA pada umumnya.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Begitu pula dalam hasil observasi yang kami lakukan bahwa di SMA N 3 Bandung telah menjalankan kurikulum KTSP dan bagi para pendidik disiapkan sesuai dengan prosedur yang ada untuk siap melaksanakan pembelajaran dengan kurikulum ini. Siswanya juga disiapkan dengan segala persiapan yang memadai dalam mengikuti kurikulum yang ada. Sesuai dengan Permendiknas No.24 Tahun 2006, demi untuk perbaikan kurikulum sebelumnya. Sekolah diberi keleluasaan merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang dapat dimunculkan oleh sekolah.
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (Bab IX, Ps. 37). Sejalan dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional, dan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Hamalik, 2007: 18-19).
Di SMA N 3 Bandung ini menyesuaikan kurikulum KTSP seperti apa yang telah ditetapkan maka di lembaga ini telah merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum KTSP sebagai kurikulum nasional yang kemudian ditambah dengan mengadopsi dan mengadaptasi kurikulum Cambridge. Mengadopsi yaitu dengan melihat dari materi-materi yang akan diberikan kepada siswa didik dengan materi-materi yang ada di kurikulum perguruan tinggi, jika ada kesamaan maka akan mengambil beberapa bahan ajar untuk dicantumkan dalam kurikulum di SMA.
Pihak SMA N 3 Bandung menjalin kerjasama dengan Institut Tekhnik Bandung (ITB) dalam mengadopsi materi-materi pembelajaran sehingga singkron dengan materi yang diberikan siswa. Hal ini didukung siswa didik yang memang berkualitas secara nilai akademiknya, sehingga hampir setengah persen lulusan SMA N 3 Bandung dapat diterima di ITB baik melalui PMDK, SNMPTN, UM, dsb. Seperti yang diungkapkan  oleh para penulis (Johnson, 1977 dan Posner, 1982) menyatakan bahwa kurikulum seharusnya tidak dipandang sebagai aktivitas, tetapi difokuskan secara langsung pada berbagai hasil belajar yang diharapakan (intended learning outcomes). Kajian ini menekankan perubahan cara pandang kurikulum, dari kurikulum sebagai alat (means) menjadi kurikulum sebagai tujuan atau akhir yang akan dicapai (ends). Salah satu alasan utama adalah karena hasil belajar yang diharapkan merupakan dasar bagi perencanaan dan perumusan tujuan kegiatan pembelajaran (Hamalik, 2008: 6).
Kurikulum ini diterapkan dengan harapakan tercapainya sekolah yang bertaraf internasional yang berwawasan IPTEK dan IPTAK. Dalam pemaparan yang disampaikan oleh Bapak Enchang kemarin pada tanggal 23 November 2011, bahwa SMA N 3 Bandung itu termasuk dalam golongan SMA B dimana ilmu sains yang lebih dioptimalkan, walaupun ada juga ilmu sosial namun hanya minimum saja. Sedangkan SMA A itu lebih mengoptimalkan ilmu bahasa, dan golongan SMA C adalah ilmu sosial. Sehingga SMA N 3 Bandung telah menciptakan lulusan-lulusan yang berkompeten dalam bidang akademik yang berarah pada perguruan tinggi yang favorit khususnya ITB.
Pada saat kunjungan kami ke sekolah favorit ini, ada banyak siswa yang berkumpul dihalaman pada waktu istrihat dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, adapun yang mereka kerjakan ialah mengerjakan tugas-tugas sekolah bersama. Hal ini membuktikan bahwa sekolah ini telah mengoptimalkan kurikulum  yang telah diterapkan yaitu melatih siswa untuk lebih mengembangkan prestasinya. Selain itu juga terlihat spanduk yang dipajang di antara gedung lantai 1 dan 2 yang berisikan pengumuman hasil siswa yang lolos UM perguruan tinggi ternama di Bandung dan Jakarta. Berikut ini ialah gambar siswa SMA N 3 Bandung yang sedang berkumpul di teras sekolah (luar kelas):
IMG_5447
   (Gambar 2.6 Siswa-siswa sedang berkumpul di teras kelas SMA N 3 Bandung)
Hal ini juga memperlihatkan bahwa di SMA ini out put yang dihasilkan memang sudah tidak diragukan lagi. Maka tidak salah di SMA ini menggunakan kurikulum Cambridge yang mengarah perguruan tinggi Institut Teknik Bandung (ITB) yang notabene favorit. Mengingat didepan pintu masuk ke SMA N 3 Bandung terpampang jelas visi sekolah yang intinya bahwa SMA ini ingin mewujudkan sekolah yang bertaraf internasional yang unggul dalam segala aspek namun berlandaskan IMTAK tentunya. Inilah yang memacu baik para pendidik, komponen yang ada di SMA ini menjadi lebih terarah untuk lebih berkembang sesuai dengan harapan yang tidak lain lagi prestasi-prestasi dari siswanya ataupun para pendidiknya.
Siswa-siswa yang bersekolah di sana memang mempunyai prestasi yang luar biasa terlihat di ruang auditorium, terdapat bebrerapa foto para juara olimpiade sains dan beberapa juara lomba yang lainnya. Disinilah kurikulum KTSP dan Cambridge yang menurut observasi kami sudah berjalan dengan semestinya. Kerjasama yang terjalin antara SMA N 3 Bandung dengan ITB ini memberikan motivasi belajar siswa secara langsung. Materi- materi perkuliahan yang dapat diadopsikan dapat mendukung dan memberikan bekal bagi siswa nyang benar- benar berminat melanjutkan ke ITB. Bagi siswa yang berminat melanjutkan ke perguruan tinggi ITB disediakan formulir tertentu yang kemudian diberi pengarahan-pengarahan untuk masuk ke ITB.
Menurut kepala sekolah SMA N 3 Bandung siswa yang ada di SMAN 3 Bandung juga diajarkan tentang kewirausahaan, yakni dengan melakukan kegiatan jual beli buku-buku yang yang sudah tidak digunakan lagi khususnya buku latihan-latihan soal-soal masuk ITB. Hal inilah yang mendorong para pendidik juga untuk selalu membimbing siswa-siswa di SMA N 3 Bandung untuk selalu mengembangkan kurikulum dengan melihat kondisi dan kemampuan yang dimiliki siswanya. Tidak heran jika para guru yang berada di SMA N 3 Bandung sangat yakin dengan menerapkan kurilum KTSP dan Cambridge ini akan lebih memaksimalkan hasil proses belajar mengajar. Walaupun demikian ada beberapa siswa yang memilih untuk tidak masuk ke jurusan sains akan tetapi mereka memilih jurusan sosial (IPS). Namun demikian siswa yang masuk jurusan IPS tidak kalah berprestasi  dengan siswa di jurusan sains.

2.        Manajemen Tenaga Kependidikan (Personel) SMA N 3 Bandung
Manajemen tenaga kependidikan (personal) merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu para pegawai di sekolah, sehingga mereka dapat membantu/menunjang kegiatan–kegiatan sekolah (khususnya PBM) secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Para personal harus diadministrasikan atau dikelola dengan baik agar mereka senantiasa aktif dan bergairah dalam menjalankan tugasnya sehari–hari. Personal atau pegawai/karyawan di SMA Negeri 3 Bandung terdiri atas :
a.    Tenaga edukatif atau akademik, yaitu guru atau pengajar tetap dan tidak tetap (honorer), guru bantuan tetap (seperti guru dari Departemen Agama yang ditugaskan di sekolah negeri/swasta).
b.   Tenaga non edukatif atau administratif atau pegawai tata usaha (TU) tetap dan tidak tetap (honorer).
Jumlah guru yang bekerja di SMA Negeri 3 Bandung adalah sejumlah 70 orang sedangkan karyawan atau staf yang ada adalah sebanyak 32 karyawan.
Guru-guru di SMA N 3 Bandung juga bukan guru sembarangan di seleksi secara kualitas yaitu: Untuk calon tenaga pendidik di SMA 3 Bandung, lebih diutamakan untuk lulusan S2, lulus tes CPNS kota bandung dan memiliki penguasaan IT dan bahasa inggris. Jadi, disini tampak bahwa SMA Negeri Bandung memiliki kriteria khusus dalam penerimaan tanaga pendidik. Hal ini dikarenakan bahwa SMA Negeri 3 Bandung beranggapan bahwa dengan adanya tenaga pendidik yang berkulaitas, maka dapat meningkatkan pula kualitas para peserta didik. Hal ini berkaitan juga dengan penerimaan calon peserta didik, dimana SMA ini lebih mengutamakan pada kualitas akademik. Untuk calon peserta didik, di berikan standar minimal nilai yang dimiliki yakni sebesar 38,50. Sehingga disini tampak bahwa status sosial tidak menjadi pengaruh kriteria bagi calon peserta didik, karena memang disini lebih di tekankan pada kemampuan akademiknya.
Cara penerimaan pegawai baru di SMA Negeri 3 Bandung sebagai pegawai negeri penerimaannya dengan melalui tes seleksi pegawai negeri sipil yang merupakan program pemerintah pusat yang kemudian pelaksanaannya diserahkan kepada pemerintah daerah setempat. Untuk penerimaan Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) diadakan seleksi oleh sekolah yang bersangkutan dalam hal ini SMA Nageri 3 Bandung disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk guru bantu tes seleksi diadakan oleh pemerintah daerah setempat.
Dalam penyiapan atau rekruitmen pegawai guru-guru yang ada adalah suplay dari Dinas, sementara untuk karyawan/staf dengan pelamaran secara langsung. Dalam pengangkatan pegawai sekolah juga memperhatikan beberapa hal yaitu: 1) latar belakang ijazah, keahlian, dan interes kerjanya, 2) pengalaman kerja (terutama yang diminati/ditekuni), 3) sikap atau penampilan atau kepribadiannya.
Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru atau pengajar yakni diantaranya adalah:
§    Pembagian tugas guru yang dijabarkan dari struktur program pengajaran, dan ketentuan tentang beban mengajar majib bagi guru. Beban mengajar maksimum guru adalah 24 jam pelajaran per minggu dengan ketentuan bahwa tiap jam pelajaran berlangsung 45 menit. Sebagai PNS umumnya wajib tugas bagi guru adalah dari hari senin sampai sabtu.
§   Tugas guru dalam kegiatan PBM. Yaitu diantaranya; (1) Membuat persiapan atau perencanaan pengajaran (RPP), (2) Melaksanakan pengajaran (termasuk pengelolaan kelas), dan (3) Mengevaluasi hasil pengajaran.
Dalam meningkatkan kinerja guru di SMA Negeri 3 Bandung salah satunya adalah dengan mengoptimalisasi program MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang biasanya dilakukan pada hari-hari sabtu.
Tidak lepas dari yang sebelumnya dipaparkan bahwa dalam pengembangan kurikulum harus didukung dengan optimalisasi MGMP yang disusun disetiap bulannya. Rinciannya seperti pada minggu pertama kegiatan yang dipersiapkan menyusun standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sehingga perangkat pembelajaran dapat sesuai dengan kurikulum yang sudah ditetapkan.
Para guru di SMA N 3 Bandung ini diharapakan dapat menganalisis secara terperinci tentang indikator-indikator pada SK yang telah ditentukan yang kemudian dijadikan bahan ulangan harian, ulangan umum, ujian nasional, SNMPTN, dan olimpiade. Proses penganalisaan ini merupakan syarat bagi guru untuk menjadi pendidik yang baik.
Selanjutnya minggu kedua kegiatannya yaitu pendalaman materi-materi yang akan diajarkan kepada siswa yang diadopsi dari perguruan tinggi yang kemudian di analis kembali. Dalam proses ini terlibat antar guru senior dan yunior. Pembagian tugas pun terjalin antar dua generasi tersebut, seperti bagi guru senior sebagai pemateri atau yang menetapkan materi yang akan diberikan kepada peserta didiknya, sedangkan guru yunior sebagai fasilitator. Dengan begitu bahan ajar lebih matang sehingga pembelajaran bisa lebih efektif dan efisien. Kegitan ketiga yaitu dengan strategi pembelajaran dengan menyiapkan media dan model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan dikaji dikelas nanti. Tentunya media dan model ini dengan berbasis IT agar mendukung pembelajaran.
Kemudian yang keempat adalah adanya evaluasi yang berisikan soal-soal yang mengacu pada materi yang telah diberikan sebelumnya. Disusul kegiatan terakhir kriteria ketuntasan Minimal (KKM) dengan membimbing siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh SMA N 3 Bandung. Sehingga diharapkan dengan adanya KKM ini hasil belajar akan lebih baik dan memacu semangat belajar siswa lebih tinggi. Dalam evaluasi ini selain mengetahui hasil belajar siswa namun guru juga mengetahui kompleksitas SK dan KD dengan tingkat kesulitannya dan mudahnya materi yang diberikan. Pengoptimalkan MGMP yang dilakukan di SMA N 3 Bandung ini merupakan kegiatan yang memaksimalkan kurikulum yang mereka terapkan dan hasilnya memang sangat optimal karen adanaya penyesuain kondisi dan kemampuan sekolahnya.
Dalam meningkatkan profesionalisme pendidik di SMA N 3 Bandung selain dengan mengoptimalisasikan program MGMP, pihak sekolah juga memberikan pelatihan-pelatihan kepada pendidik dan karyawan seperti pelatihan bahasa Inggris, mengadakan workshop, dan pelatihan-pelatihan lainnya. Berikut ini contoh gambar pelatihan-pelatihan guru dan karyawan yang ada di SMA N 3 Bandung:
        wellcome.jpg
(Gambar2.7 Workshop Penyusunan Perangkat Pembelajaran pada Kegiatan IHT)
            
              (Gambar 2.8 Pelatihan Bahasa Inggris bagi Guru dan Karyawan)
            DSC00614.JPG
             (Gambar 2. 9 Pelatihan Empowering Teacher SMA N 3 Bandung)

3.        Manajemen Peserta Didik (Kesiswaan) SMA N 3 Bandung
Manajemen peserta didik (kesiswaan) merupakan salah satu bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.
Manajemen peserta didik yang terdapat di SMA N 3 Bandung juga memperhatikan seluruh proses kegiatan yakni mulai dari perencanaan dan pelaksanaan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik agar dapat mengikuti proses belajar mengajar (PBM) secara efektif dan efisien, demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dalam kegiatan manajemen peserta didik  di SMA Negeri 3  Bandung pendaftaran peserta didik baru atau PSB (Penerimaan Siswa Baru) meliputi tiga jalur yaitu:
a.       Jalur Seleksi Terbuka SMA N 3 Bandung (SERU 3)
b.      Jalur Prestasi (Japres)
c.       Jalur Akademik (Passing Grade)
Penerimaan (rekruitmen) peserta didik baru di SMA Negeri 3  Bandung  juga dilaksanakan berdasar dengan nilai NEM murni dengan berdasar Passing Great. Pihak sekolah atau panitia pelaksana penerimaan siswa baru tidak memungut biaya pendaftaran bagi calon siswa baru karena pelaksanaan ini telah disubsidi oleh pemerintah, para calon siswa baru hanya diwajibkan untuk membayar uang dengan jumlah tertentu dan menyerahkan NEM asli bukan foto kopyan. Pendaftaran ini bisa dilakukan secara langsung ke sekolahan atau menggunakan PSB online. Berikut ini ialah tampilan website SERU SMA N 3 Bandung:
                   
        (Gambar 2.10 Tampilan Website SERU SMA N 3 Bandung)
Di SMA Negeri 3 Bandung dalam melaksanakan penerimaan siswa baru juga menyertakan syarat–syarat khusus yaitu dari prestasi yang telah dicapai oleh calon siswa baru pada saat mengenyam pendidikan di SMP baik prestasi bidang akedemik maupun non akademik, prestasi tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi, karena hal ini dapat menunjang calon siswa tersebut mampu lolos seleksi penerimaan siswa baru karena memiliki nilai tambahan dibanding dengan calon siswa baru yang lain.
Tata tertib juga telah ditegakkan di SMA N 3 Bandung yakni dalam rangka melancarkan berjalannya komponen-komponen sekolah. Diharapakan dengan tata tertib semua komponen sekolah akan lebih berdisiplin dan sudah adabnya bahwa dimanapun tempat umum apalagi suatu lembaga pendidikan pastinya adanya tata tertib yang mengaturnya. Ada beberapa peraturan tata tertib bagi siswa di SMA N 3 Bandung, yakni diantanya sebagai berikut:
a.         Rambut putra harus rapi dan tidak menutupi telinga.
b.         Celana panjang bagi putra tidak terlalu ketat atau terlalu longgar.
c.         Bagi siswa putri pada hari jumat wajib memakai kerudung   berwarna putih.
d.        Seragam Batik SMA N 3 Bandung dikenakan pada hari jumat.
e.         Rambut putri harus diikat bagi yang melewati bahu
f.          Untuk seragam putih, bagi putrid menggunakan seragam tangan panjang, dan bagi siswa putra tangan pendek.
g.         Bagi siswa putrid dan wajib memakai rok panjang.
h.         Sepatu berwarna hitam dan bertali.
i.           Bagi siswa laki-laki dilarang merokok dan berkelahi di lingkungan sekolah.
Aturan-aturan tersebut dibuat oleh unit sekolah yaitu sekolah, siswa dan komite yang kenudian disosialisasikan kepada guru, karyawan, siswa dan orang tua siswa. Bagi siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib tersebut misalnya mereka merokok atau berkelahi di lingkungan sekolah maka sanksi yang diberikan dari pihak sekolah berupa surat panggilan orang tua siswa yang berisi surat perjanjian yang disertai dengan materai. Apabila pelanggaran tersebut sudah tergolong berat, maka sanksi yang diberikan kepada siswa berupa pengeluaran atau pemecatan sebagai siswa SMA N 3 Bandung.
Sementara itu SMA N 3 Bandung di dalam menangani siswa yang bermasalah, pihak sekolah akan memberikan wewenang yang pertama kepada guru BK kemudian dilanjutkan ke waka kesiswaan, semua itu dilakukan untuk menentukan sanksi apa yang akan diberikan kepada siswa tersebut. Peran guru BK di sekolah ini dalam menangani siswa yang melanggar tata tertib sekolah, biasanya mengadakan home visit yaitu memberikan pengarahan–pengarahan terhadap anak yang melanggar tata tertib tersebut kemudian mengadakan tindakan lebih lanjut. Home visit dilakukan tidak terbatas, tergantung permasalahan yang ada (positif/negatif).
SMA Negeri 3 Bandung dalam mengembangkan minat dan bakat siswa yaitu dengan mengadakan pembinaan secara rutin di bidang ektrakulikuler yang telah ditentukan waktu dan tempatnya oleh pihak sekolah, begitu juga dengan kegiatan intra kulikuler. Ektrakulikuler yang diadakan oleh sekolah ini terdiri dari berbagai kegiatan seperti : Pramuka, Palang Merah Remaja, Paskibra, Futsal, UBBAS 3 (Unit Bola Basket 3), Kerohanian Islam (Rohis), Pelayanan Siswa Kristen (LISTEN 3), Karya Ilmiah Remaja (KIR), Nihongo Kurabu 3 (NK3), KPA 3 (Keluarga Paduan Angklung SMA Negeri 3 Bandung), MK 3 (Musik Klasik 3), PASAGA 3 (Paduan Suara 3), SEF 3 (Study English Forum 3), SPED 3 (Suara Pelajar Debat 3), KV 3 (Kelompok Vokal 3), SSR (Sanggar Seni Rupa), LSS (Lingkung Seni Sunda), T'ST (Tiloe's Teater), MP 3 (Movie Production 3), JEPRET! (Jelema Potret Tilu), Softball, BC 3 (Badminton Club 3), TIIS 3 (The Incredible Ice Skating 3), Tennis 3, KOMISI 3 (Koperasi Mitra Siswa 3), M 3 (Majalah 3), KIT 3 (Komputer Ilmiah Terpadu 3), HI (Hikmatul Iman), BM 3 (Belitung Muda 3), dan Literatur 3.
Pembinaan peserta didik di SMA Negeri 3 Bandung diadakan dengan kegiatan seperti penyuluhan–penyuluhan yang diadakan oleh pihak sekolah dan biasanya juga bekerjasama dengan pihak luar, seperti dengan kepolisian setempat, instasi–instasi dari gabungan MUSPIKA (Musyawarah Pimpinan Kecamatan), MUSPIDA (Musyawarah Pimpinan Daerah), kegiatan–kegiatan tesebut seperti seminar tentang kenakalan remaja dan freeseks serta penyalahgunaan narkoba. Kegiatan tersebut diadakan karena pihak sekolah mengusahakan agar siswanya dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya sesuai tujuan pendidikan nasional dan berdasarkan pancasila.    

4.        Manajemen Keuangan dan Pembiayaan SMA N 3 Bandung
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah bersama komponen-komponen lain.
Di SMA Negeri 3 Bandung ini manajemen sekolahnya tertata dengan baik. Termasuk didalamnya manajemen anggarannya. Pihak yang menangani manajemen anggaran di SMA Negeri 3 Bandung ini diserahkan kepada dua petugas bendahara, yang memiliki kompetensi di bidang perbendaharaan. Kedua bendahara ini mempunyai tugas-tugas tersendiri, yaitu sebagai berikut:
·       Bendahara Rutin
Bendahara Rutin adalah bendahara yang bertugas mengolah sumber dana yang datang dari masyarakat. Yang termasuk sumber dana yang datang dari masyarakat di SMA Negeri 3 Bandung ini seperti uang pengembangan dan IROD (iuran orang tua).
·       Bendahara Komite
Bendahara Komite adalah bendahara yang bertugas mengolah sumber dana yang datang dari pemerintah. Sumber dana yang datang dari pemerintah seperti dari APBD kabupaten dan subsidi daerah.
5.        Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan SMA N  3 Bandung
SMA N 3 Bandung merupakan sekolah yang sudah dapat mencukupi sarana dan prasarana peserta didik. Ruang kelas merupakan salah satu fasilitas yang sedang dikembangkan oleh SMA N 3 Bandung. Bangunan SMA N 3 Bandung merupakan bangunan peninggalan Belanda yang oleh pemerintah kota Bandung dijadikan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Bangun dari SMA N 3 Bandung tidak boleh diubah bentuknya oleh pemerintah namun harus tetap dirawat ke asriannya oleh pihak sekolah. Dengan alasan itulah SMA N 3 Bandung tidak pernah merubah bentuk bangunan sekolah walaupun sebenarnya mereka membutuhkan ruang kelas untuk peserta didik mereka. Pada tahun ini SMA N 3 Bandung melakukan pembangunan kelas untuk kelas X yang belum memiliki ruang kelas dan baru bisa menerima pelajaran pada siang hari setelah kelas XI dan kelas XII selesai. Ruang kelas di SMA N 3 Bandung telah dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas seperti meja, kursi, papan tulis, proyektor, maupun LCD. Selain itu juga setiap ruang kelas telah diberikan fasilitas hotspot area bagi guru dan peserta didik yang ingin melakukan koneksi internet ketika melakukan pembelajaran di kelas.
Ruang guru yang dimiliki SMA N 3 Bandung masih berupa bangunan Belanda yang berada di lantai satu. Ruang guru SMA N 3 Bandung masih mempertahankan arsitektur Belanda dengan langit-langit yang tinggi dan luas. Ruangan ini sangat luas jadi dapat menampung guru-guru yang dimiliki SMA N 3 Bandung. Ruang guru terbagi menjadi ruang kepala sekolah dan ruang tata usaha.
Laboraturium yang dimiliki SMA N 3 Bandung masih berupa Laboraturium IPA seperti Fisika, Kimia, dan Biologi dan laboraturium Bahasa. Laboraturium ini sudah didukung dengan fasilitas yang lengkap baik laboraturium IPA maupun bahasa, memiliki peralatan laboraturium yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam mengembangkan ilmu yang dia perolehnya. Akan tetapi di sekolah SMA N 3 Bandung belum memiliki Laboraturium IPS yang dapat mengembangkan peserta didiknya pada mata pelajaran bidang IPS. Jurusan IPS yang ada di SMA N 3 Bandung hanya satu kelas saja, yang dalam kelas tersebut hanya diisi 7 orang peserta didik. SMA N 3 Bandung banyak memiliki peserta didik yang berjurusan IPA daripada IPS, hal ini pula yang mendukung pengembangan laboraturium IPA lebih maju disbanding laboraturium IPS yang belum dapat dibangun. Berikut ini gambar laboraturium yang ada di SMA N 3 Bandung:
IMG_5468
(Gambar 2.11  Laboraturium Kimia SMA N 3 Bandung)
Selain memiliki laboraturium bahasa dan IPA SMA N 3 Bandung juga memiliki ruang audio visual dan multimedia dalam pembembangan peserta didik dibidang Informasi dan Teknologi. Ruang audio visual sendiri telah kedap suara sehingga suara yang dilakukan di dalam ruangan tidak terdengar sampai ke dalam ruang kelas oleh karena itu tidak mengganggu proses pembelajaran diruang kelas. Di dalam setiap ruangan memiliki beberapa perlengkapan standar seperti meja dan kursi, maupun proyeksi dan LCD, dan sudah dilengkapi AC di setiap ruangan, serta terdapat sisi TV pada setiap koridor. Berikut ini gambar sisi TV yang terdapat di koridor SMA N 3 Bandung:
       DSC01595
         (Gambar 2.12 Sisi TV di Koridor SMA N 3 Bandung)
Perpustakaan yang dimiliki SMA N 3 Bandung telah mengenal sistem digital bagi pengunjung perpustakaan dengan mudah menemukan buku yang akan dicarinya dengan mencari di computer yang telah disediakan oleh perpustakaan. Seperti gambar berikut ini yang menggambarkan sistem digital bagi pengunjung perpustakaan:
       DSC01633
(Gamabar 2.13 Sistem Digital Bagi Pengunjung Perpustakaan)

      IMG_5456
(Gambar 2.14  Sistem Digital Bagi Pengunjung Perpustakaan)
 Akan tetapi perpustakaan di SMA N 3 Bandung juga memiliki koleksi buku-buku yang tidak melalui sistem digital seperti buku-buku ensiklopedia, kamus, buku-buku pelajaran, dan buku referensi. Berikut ini gambar koleksi buku yang ada di perpustakaan SMA N 3 Bandung:
IMG_5457
            (Gambar 2.15  Koleksi Buku Perpustakaan SMA N 3 Bandung)
Sistem digital yang diterapkan oleh perpustakaan SMA N 3 Bandung hanya bisa di akses pada komputer yang telah disediakan oleh pihak sekolah, tidak dapat di akses selain di dalam perpustakaan SMA N 3 Bandung sehingga peserta didik akan mengalami kesulitan apabila banyak peserta didik lainnya yang ingin mengakses buku digital yang disediakan SMA N 3 Bandung oleh siswanya karena jumlah computer yang disediakan untuk dapat melihat buku digital hanya 2 buah computer. Pengunjung dari luar SMA N 3 bandung tak bisa untuk mengakses buku digital yang tersedia pada perpustakaan di SMA N 3 Bandung karena terdapat sistem pengaman pada buku digital apabila pihak lain ingin mengakses. Buku-buku yang ada di SMA N 3 Bandung dapat dipinjam oleh siswa melalui sistem kartu. Peminjaman dapat dilayani sampai pukul 5 sore setelah pembelajaran berakhir. Di dalam perpustakaan dikelola oleh 2 pustakawan yang dapat membantu pengunjung untuk mencari buku-buku yang ingin dia baca.
SMA N 3 Bandung memiliki sebuah aula yang terletak di lantai 2 gedung sekolah tersebut, aula ini biasanya digunakan oleh sekolah apabila melakukan pertemuan dengan pihak lain atau kegiatan-kegiatan sekolah yang membutuhkan daya tamping besar untuk pesertanya. Di lantai 2 sekolah tersebut selain terdapat aula juga terdapat mushola SMA N 3 Bandung yang terletak di lantai 2 juga. Mushola di SMA N 3 Bandung digunakan untuk beribadah peserta didik yang beragama muslim juga untuk kegiatan rohani yang diadakan di mushola.
Koperasi di SMA N 3 Bandung telah dilengkapi dengan tempat fotocopy, dengan adanya fotocopy memudahkan peserta didik, koperasi ini dijaga oleh seorang penjaga koperasi yang bertugas melayani peserta didik yang membutuhkan. Untuk mengekpresikan peserta didik di dalam bidang menulis sekolah memberikan tempat berupa madhing sekolah untuk membagi informasi kepada citivis akademik dalam bidang tulis menulis maupun informasi lainnya. Madhing SMA N 3 Bandung terletak di lorong sekolah yang sering di lewati peserta didik karena akan mudah dibaca dan di informasikan kepada peserta didik maupun yang lainnya. Beriktu ini gambar koperasi yang dimiliki SMA N 3 Bandung:
    IMG_5472
(Gambar 2.16  Koperasi Warga SMA N 3 Bandung)
    IMG_5473
      (Gambar 2.17  Koperasi SMA N 3 Bandung)
SMA N 3 Bandung memiliki sebuah kantin yang teletak dibelakang sekolah, motto dari kantin yang dimiliki SMA N 3 Bandung yaitu kantin sehat. Kantin ini cukup luas dan dapat menampung seluruh peserta didik yang ingin membeli makanan di kantin tersebut. Kantin Sehat itu menjual berbagai makanan untuk memenuhi kebutuhan peserta didiknya. Menurut hasil observasi yang kelompok kami lakukan pada kantin sehat ini, banyak pembeli dari SMA N 5 Bandung yang membeli makanan di kantin sehat, menjadikan kantin sehat tersebut ramai oleh berbagai macam peserta didik dari kedua SMA yang membeli makanan. Menurut penuturan dari siswa SMA N 3 Bandung, mereka banyak yang membawa bekal dari rumah daripada membeli makanan di kantin sehat. Berikut ini adalah gambar kantin SMA N 3 Bandung:

DSC01614
(Gambar 2.18 Kantin Sehat SMA N 3 Bandung)

                   DSC01615
(Gambar 2.19  Kantin Sehat SMA N 3 Bandung)

Manajemen SMA N 3 Bandung banyak memiliki taman-taman yang menghiasi halaman depan sekolah, taman tersebut dapat digunakan untuk hot spot area walaupun terdapat tempat khusus untuk melakukan hot spot. Tempat parkir yang disediakan pihak sekolah kurang dapat mencukupi kendaraan peserta didik sehingga banyak peserta didik yang memparkir kendaraannya diluar sekolah maupun kurang teratur dalam memarkir kendaraan pribadinya. Tidak ada parkir khusus yang disediakan pihak sekolah seperti disediakan tempat teduh untuk parkir kendaraan. Ini sebagaimana yang terlihat pada gambar berikut ini:
       DSC01612
(Gambar 2.20  Parkir Kendaraan Motor yang tidak ada atapnya)
SMA N 3 Bandung dan SMA N 5 Bandung berada dalam satu komplek wilayah, bahkan dalam satu bangunan gedung namun antara kedua sekolah tersebut tidak ada batas yang jelas yang dapat memisahkan antara kedua sekolah tersebut, hanya lorong yang memisahkan kedua sekolah tersebut. Pada halaman depan sekolah terdapat dua pos satpam dari SMA N 3 Bandung dan SMA N 5 bandung hanya saja SMA N 3 Bandung yang terletak sebelah kiri.
Gedung Olahraga yang dimiliki SMA N 3 Bandung berada di Jalan Bali Nomer 8, gedung olahraga ini berada tidak jauh dari sekolah sekitar 50 M kearah tenggara. Gedung olahraga ini dimiliki oleh kedua SMA, yaitu SMA N 3 Bandung dan SMA N 5 Bandung dengan pembagian setiap hari Senin, Selasa, Rabu, dan Minggu sore digunakan oleh SMA N 3 Bandung sedangkan pada hari kamis, jumat, sabtu dan minggu pagi digunakan oleh SMA N 5 Bandung.
6.        Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (HUSEMAS) SMA N 3 Bandung
Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan sungguh-sunggguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya serta dari publiknya, pada khususnya, sehingga kegiatan operasional sekolah/pendidikan semakin efektif dan efisian, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Pada hakikatnya sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, khususnya masyarakat publiknya, seperti para orang tua murid/anggota Badan Pembantu Penyelengggaraan Pendidikan (BP3), dan atasan langsungnya. Demikian pula hasil pendidikan pelaksaan sekolah akan menjadi harapan bahkan dambaan masyarakatnya, maka kegiatan-kegiatan sekolah juga harus terpadu dengan derap masyarakatnya. Sekolah juga menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Tetapi orang tua hanya sebagai pembantu penyelenggaraan pendidikan, dan tidak berhak untuk mempengaruhi apalagi mengubah arah sasaran pendidikannya.
Dalam tatanan manajeman sekolah selain manajemen personal, kurikulum, peserta didik, dan anggaran sekolah, manajeman HUSEMAS juga ikut ambil bagian dalam tatanan struktur sekolah tersebut. Tujuan dari adanya manajemen ini yaitu sebagai wadah penghubung antara sekolah, masyarakat sekitar sekolah, orang tua murid, maupun masyarakat diluar sekolah (sekolah tetangga dalam pertandingan antar sekolah). Sebenarnnya tujuan, fungsi dan manfaat dari manajemen ini sudah terpaparkan di depan pembahasan ini. Kegiatan dalam hubungan sekolah dengan masyarakat di SMA Negeri 3 Bandung sangat beragam.
Dapat dikatakan sekolah tersebut memiliki hubungan baik dengan masyarakat sekitar maupun masyarakat luas. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pihak sekolah dengan masyarakat, seperti kerja bakti di lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah, bakti sosial dari sekolah untuk masyarakat yang membutuhkan bantuan, pentas seni antar sekolah dan lomba-lomba lainnya yang membutuhkan partisipasi masyarakat.
Dalam tatanan tugas dari manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat tidak selalu berhubungan dengan masyarakat sekitar sekolah tapi juga berhubungan dengan orang tua murid dalam kegiatan rapat antar wali murid guna membicarakan dana BP3, bantuan dana sekolah/pembangunan, membicarakan tentang peserta didik yang mengalami masalah dengan pengadaan kunjungan rumah, dan lain-lain. Selain itu sekolah juga menghubungkan antara orang tua dengan masyarakat sekitar yaitu dengan mengadakan kegiatan penyembelihan hewan kurban pada hari-hari besar, dana bantuan bagi murid-murid yang kurang mampu atau bantuan berupa pakaian layak pakai, pengadaaan sembako, dan kegiatan sosial lainnya. Dengan adanya kegiatan tersebut bertujuan dan memiliki manfaat utama yaitu untuk mengoptimalkan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat. Dengan kata lain sekolah membutuhkan masyarakat begitu juga sebaliknya masyarakat membutuhkan sekolah. Manfaat lain yang didapat yaitu untuk meningkatkan prestasi siswa, meningkatkan hubungan kerjasama dengan masyarakat, kerja saling membantu dan saling memberikan informasi.
Simpati masyarakat terhadap SMA Negeri 3 Bandung sangat bagus karena masyarakat cukup mengenal baik tentang sekolah ini. Dapat dikatakan sekolah tersebut sangat bonafide dan tidak perlu lagi adanya sosialisasi ke masyarakat luas karena masyarakat sudah mengenal seperti apa rupa dari SMA Negeri 3 Bandung yang selain bagus dalam mutu pendidikannya, manciptakan lulusan yang berkualitas tetapi juga ditunjang dari fasilitas yang dimiliki cukup memadai. Selain itu ada kegiatan yang bisa dikatakan sebagai cara untuk menarik simpati masyarakat luas tanpa harus bersosialisasi seperti sering mengadakan lokakarya dan pameran agar lebih diminati masyarakat luas.
Sekolah harus tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat, sehingga melalui kegiatan-kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikulernya, sekolah meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan sikap para peserta didiknya agar dapat mempersiapkan dirinya demi dapat ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan masyarakat, bangsa, dan negaranya, baik secara individual maupun secara berkelompok.
Hal ini berarti bahwa sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Hubungan serasi, terpadu serta timbal balik yang sebaik-baiknya antara sekolah dan masyarakat harus diciptakan dan dilaksanakan agar meningkatkan mutu pendidikan dan pembangunan masyarakat dapat saling menunjang. Dengan demikian masyarakat dapat ikut bertanggung jawab secara tidak langsung terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga hasil pendidikan bermanfaat bagi masyarakat, diantarannya dalam mengisi kebutuhan tenaga kerja.
Dengan adanya hubungan-hubungan tersebut diatas dapatlah terjalin kreativitas serta dinamika kedua belah pihak yang inovatif. Selain itu dapat memadukan hubungan antara kehidupan sekolah dan kehidupan masyarakat. Juga dapat menjadikan sekolah sebagai pusat kebudayaan dan sumber informasi dan inspirasi bagi sekolah serta sebagai lapangan pengabdian bagi para siswa. Dan juga untuk menciptakan dunia usaha dan industri demi peningkatan mutu para lulusan sekolah, dengan menampung saran-saran positif agar ”output” lulusannya dapat senantiasa relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri, sehingga dapat menampung tamatan sekolah secara maksimal.

7.        Manajemen Layanan Khusus SMA N 3 Bandung
Selain komponen-komponen sekolah yang telah dijelaskan sebelumnya. Manajemen layanan khusus ini juga termasuk ke dalam komponen-komponen manajemen sekolah. Menajemen ini merupakan komponen yang terakhir dan juga merupakan bagian terpanting dalam manajemen berbasis (MBS) yang dapat menunjang keberhasilan suatu sekolah serta kualitas siswanya.
Perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni yang berlangsung begitu pesat pada masa sekarang menyebabkan guru tidak bisa lagi melayani kebutuhan siswa mengenai informasi, dan guru–guru juga tidak bisa mengandalkan apa yang diperolehnya dibangku sekolah. Untuk itulah SMA Negeri 3 Bandung juga  memberikan layanan–layanan khusus untuk mempermudah berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Adapun manajemen layanan khusus tesebut diantaranya manajemen perpustakaan, kesehatan, dana keamanan sekolah.
Perpustakaan yang terdapat di SMA Negeri 3 Bandung sudah cukup lengkap dan dikelola dengan baik agar memungkinkan peserta didik dapat lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui belajar mandiri, baik pada waktu-waktu kosong di sekolah maupun di rumah. Di samping itu, juga memungkinkan guru untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi, misalnya belajar individual. Berikut ini adalah gambar suasana di perpustakaan yang ada di SMA N 3 Bandung:
IMG_5455 






       (Gambar 2.21 Suasana Perpustakaan SMA N 3 Bandung)
Adanya layanan kesehatan yang bertujuan agar kondisi badan siswa, dewan guru dan karyawannya serta tidak lupa kepala sekolah tetap sehat dan stabil. Serta manfaaat yang diperoleh yaitu badan akan terasa sehat dan segar  untuk menjalankan aktivitas yang akan dijalaninya. Dalam layanan ini, sekolah telah mempunyai ruang unit kesehatan sekolah (UKS). Dan keadaan seluruh layanan kesehatan ini sangat baik. Seluruh keluarga sekolah telah mengoptimalkan layanan ini.
Tujuan dari layanan keamanan ini yaitu memberikan rasa aman dan nyaman serta tenang dalam lingkungan sekolah. Dalam layanan kamanan ini sekolah sudah mempunyai satpam dan dua orang tukang kebun sebagai penjaga sekolah yang berjaga pada sore hari hingga pagi hari.
Selain perpustakaan, layanan keamanan dan kesehatan, sekolah juga mempunyai laboratorium komputer / internet, mushola, tempat parkir, kantin, koperasi dan gedung serba guna.
Dalam layanan khusus ini, sekolah dapat dikatakan sempurna karena sekolah ini telah mempunyai fasilitas–fasilitas yang menunjang aktifitas siswa, guru dan karyawan. Tetapi sekolah ini selalu berupaya untuk melengkapi dan menyempurnakan sarana dan prasarananya.














BAB VI
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Berdasarkan observasi, pembahasan, dan seminar yang telah dilakukan. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan profil SMA N 3 Bandung sudah bisa dikatakan bagus yaitu dengan sekolahnya yang RSBI dan dengan ciri khas kurikulumnya yaitu  kurikulum 1567 yang digunakan dalam memanajemen sekolah. Sehingga SMA N 3 Bandung dapat menjalankan dan mengembangkan sekolah yang nantinya dapat menjadi sekolah bertaraf internasional dengan efektif dan efisien.
Sementara itu manajemen komponen-komponen sekolah yang ada di SMA N 3 Bandung sangat diperhatikan, ini terbukti dengan implementasinya dalam menajemen berbasis sekolah (MBS) untuk mencapai secara efektif dan efisien.
Terdapat tujuh komponen sekolah yang dikelola dengan baik oleh SMA Negeri 3 Bandung dalam rangka MBS, yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan.


B.       Saran
Berikut ini ialah beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil observasi yang kami lakukan:
a.       Kepala sekolah, dewan guru serta karyawannya harus berkomunikasi dan bekerjasama agar komponen-komponen manajemen sekolah ini dapat berjalan baik dan lancar.
b.      Adanya program yang lebih terstruktur dalam pembagian tugas masing-masing komponen manajemen sekolah.
c.       Sekolah harus selalu ditinjau agar menjadi lebih baik, oleh seluruh warga sekolah.









DAFTAR PUSTAKA

Sutomo, M.Pd. dkk. 2009. Manajemen Sekolah. Semarang: UPT Universitas
                        Negeri Semarang Press
Mulyana, E. M.Pd. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja
               Rosdakarya Offset.
Munib, Achmad. dkk. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas
                        Negeri Semarang Press
Nugroho, Piant. 2008. Pendidikan Indonesia: Harapan, Visi dan Strategi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
TIM Penyusun. 2010. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Universitas
Negeri Semarang Press
Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Dr.Rusman, M.Pd. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers
Dimyati, dan Mudjono.2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar